Minggu, 28 November 2010

Apakah Arti Dari......UNSUR......SENYAWA......CAMPURAN.....!!!!!!!

Anda masih kenal dengan  : *)UNSUR
                                                 *)SENYAWA
                                                 *)CAMPURAN

                     MARI KITA MENGENAL ARTI DARI 3 DASAR KIMIA DIATAS.....!!!!!!!!


Unsur adalah zat murni yang dapat diuraikan lagi menjadi zat lain yang lebih sederhana dengan reaksi kimia biasa. Penulisan lambang unsur mengikuti aturan sebagai berikut:
  1. Lambang unsur diambil dari singkatan nama unsur. Beberapa lambang unsur berasal dari bahasa Latin atau Yunani nama unsur tersebut. Misalnya Fe dari kata ferrum (bahasa latin) sebagai lambang unsur besi.
  2. Lambang unsur ditulis dengan satu huruf kapital.
  3. Untuk Unsur yang dilambangkan dengan lebih dengan satu huruf, huruf pertama lambang ditulis dengan huruf kapital dan huruf kedua/ketiga ditulis dengan huruf kecil.
  4. Unsur-unsur yang memiliki nama dengan huruf pertama sama maka huruf pertama lambang unsur diambil dari huruf pertama nama unsur dan huruf kedua diambil dari huruf lain yang terdapat pada nama unsur tersebut. Misalnya, Ra untuk radium dan Rn untuk radon.
Pada suhu kamar (25 C) unsur dapat berwujud Padat, Cair,dan Gas, secara umum unsur terbagi menjadi dua kelompok yaitu:
  • Unsur Logam: umumnya unsur logam diberi nama akhiran ium. Umumnya logam ini memiliki titik didih tinggi, mengilap, dapat dibengkokan  , dan dapt menghantarkan panas atau arus listrik.
  • Unsur Non Logam: umumnya memiliki titik didih rendah, tidak mengkilap,kadang-kadang rapuh tak dapat dibengkokkan dan sukar menghantarkan panas atau arus listrik
  •   Berkas:Periodic table.svg
Senyawa adalah zat yang terbentuk dari penggabungan unsur-unsur dengan pembagian tertentu. Senyawa dihasilkan dari reaksi kimia antara dua unsur atau lebih melalui reaksi pembentukan. Misalnya, karat besi (hematit) berupa Fe2O3 dihasilkan oleh reaksi besi (Fe) dengan oksigen (O). Senyawa dapat diuraikan menjadi unsur-unsur pembentuknya melalui reaksi penguraian.
Senyawa mempunyai sifat yang berbeda dengan unsur-unsur pembentuknya. Senyawa hanya dapt diuraikan menjadi unsur-unsur pembentuknya melalui reaksi kimia. Pada kondisi yang sama, senyawa dapat memiliki wujud berbeda dengan unsur-unsur pembentuknya. Sifat fisika dan kimia senyawa berbeda dengan unsur-unsur pembentuknya. Misalnya reaksi antara gas hidrogen dan gas oksigen membentuk senyawa air yang berwujud cair.

Campuran adalah gabungan dari dua zat atau lebih yang hasil penggabungan nya masih mempunyai sifat yang sama dengan zat aslinya. Misalnya, campuran antara air dan gula menghasilkan cairan yang berasa manis.
Campuran dapat berupa gabungan unsur, senyawa, atau keduanya. Campuran Homogen memiliki komposisi maupun wujud yang seragam. Misalnya air gula dan santan. Sebaliknya campuran heterogen memiliki komposisi yang tidak seragam. Misalnya, campuran antara air dan pasir. Campuran dapat dipisahikan menjadi zat-zat penyusun berdasarkan perbedaan sifat zat-zat penyusunnya, misalnya dengan penyaringan.
Penulisan unsur dipermudah dengan adanya lambang unsur. Bagaimana mempermudah penulisan susunan senyawa? Caranya dengan menggunakan rumus kimia, yaitu gabungan lambang unsur sesuai unsur yang menyusun senyawa. Misalnya, lambang unsur natrium adalah Na dan lambang unsur klorin adalah Cl. Jika natrium direaksikan dengan klorin akan menghasilkan senyawa natrium klorida dengan rumus kimia NaCl. Nama umum NaCl ialah garam dapur.

       NAH....!!!!! DEMIKIAAN PENGERTIAN DARI KE-3 ARTI PELAJARAN KIMIA  INI....!!!
                                                     SEMOGA BERMANFAAT


ILMU KIMIA: PENGERTIAN DAN TUJUAN METODA PEMISAHAN CAMPURAN

ILMU KIMIA: PENGERTIAN DAN TUJUAN METODA PEMISAHAN CAMPURAN: "1.Pengertian Metoda Pemisahan Metoda pemisahan adalah suatu cara yang digunakan untuk memiahkan atau memurnikan suatu senyawa atau kelompok..."

Rabu, 24 November 2010

PENENTUAN KADAR ASAM-BASA-GARAM

  • PENENTUAN ION  H+Besarnya konsentrasi ion H+ dalam larutan disebut derajat keasaman.
Untuk menyatakan derajat keasaman suatu larutan dipakai pengertian pH.
pH = - log [H+]
Untuk air murni (25oC): [H+] = [OH-] = 10-7 mol/l
pH = - log 10-7 = 7

Atas dasar pengertian ini, ditentukan:
- Jika nilai pH = pOH = 7, maka larutan bersifat netral

- Jika nilai pH < 7, maka larutan bersifat asam

- Jika nilai pH > 7, maka larutan bersifat basa

- Pada suhu kamar: pKw = pH + pOH = 14 


Untuk menyatakan nilai pH suatu larutan asam, maka yang paling awal harus ditentukan (dibedakan) antara asam kuat dengan asam lemah.
1. pH Asam Kuat

Bagi asam-asam kuat (
a = 1), maka menyatakan nilai pH larutannya dapat dihitung langsung dari konsentrasi asamnya (dengan melihat valensinya).

Contoh: 

1. Hitunglah pH dari 100 ml larutan 0.01 M HCl !

Jawab:

HCl(aq) ®  H+(aq) + Cl-(aq)
[H+] = [HCl] = 0.01 = 10-2 M
pH = - log 10-2 = 2

2. Hitunglah pH dari 2 liter larutan 0.1 mol asam sulfat !

Jawab:

H2SO4(aq) ®  2 H+(aq) + SO42-(aq)
[H+] = 2[H2SO4] = 2 x 0.1 mol/2.0 liter = 2 x 0.05 = 10-1 M
pH = - log 10-1 = 1

 
2. pH Asam Lemah
Bagi asam-asam lemah, karena harga derajat ionisasinya ¹ 1 (0 < a < 1) maka besarnya konsentrasi ion H+ tidak dapat dinyatakan secara langsung dari konsentrasi asamnya (seperti halnya asam kuat). Langkah awal yang harus ditempuh adalah menghitung besarnya [H+] dengan rumus
[H+] = Ö ( Ca . Ka)
dimana:
Ca = konsentrasi asam lemah
Ka = tetapan ionisasi asam lemah

Contoh:
Hitunglah pH dari 0.025 mol CH3COOH dalam 250 ml larutannya, jika diketahui Ka = 10-5
Jawab:
Ca = 0.025 mol/0.025 liter = 0.1 M = 10-1 M
[H+] = Ö
(Ca . Ka) = 10-1 . 10-5 = 10-3 M
pH = -log 10-3 = 3


Prinsip penentuan pH suatu larutan basa sama dengan penentuan pH larutam asam, yaitu dibedakan untuk basa kuat dan basa lemah.
1. pH Basa Kuat Untuk menentukan pH basa-basa kuat (a = 1), maka terlebih dahulu dihitung nilai pOH larutan dari konsentrasi basanya.
Contoh:
a. Tentukan pH dari 100 ml larutan KOH 0.1 M !
b. Hitunglah pH dari 500 ml larutan Ca(OH)2 0.01 M !

Jawab:
a. KOH(aq) ®  K+(aq) + OH-(aq)
[OH-] = [KOH] = 0.1 = 10-1 M
pOH = - log 10-1 = 1
pH = 14 - pOH = 14 - 1 = 13

b. Ca(OH)2(aq) ®  Ca2+(aq) + 2 OH-(aq)
[OH-1] = 2[Ca(OH)2] = 2 x 0.01 = 2.10-2 M
pOH = - log 2.10-2 = 2 - log 2
pH = 14 - pOH = 14 - (2 - log 2) = 12 + log 2


2. pH Basa Lemah
Bagi basa-basa lemah, karena harga derajat ionisasinya ¹ 1, maka untuk menyatakan konsentrasi ion OH- digunakan rumus:
[OH-] = Ö (Cb . Kb)
dimana:
Cb = konsentrasi basa lemah
Kb = tetapan ionisasi basa lemah

Contoh:
Hitunglah pH dari 100 ml 0.001 M larutan NH4OH, jika diketahui tetapan ionisasinya = 10-5 !
Jawab:
[OH-] = Ö (Cb . Kb) = 10-3 . 10-5 = 10-4 M
pOH = - log 10-4 = 4
pH = 14 - pOH = 14 - 4 = 10

PENGERTIAN DAN TUJUAN METODA PEMISAHAN CAMPURAN

1.Pengertian Metoda Pemisahan

Metoda pemisahan adalah suatu cara yang digunakan untuk memiahkan atau memurnikan suatu senyawa atau kelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu baha,baik dalam skala laboratorium maupun skala industri.



2.Tujuan Metoda Pemisahan

Metoda pemisahan bertujuan untuk:

1. Mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran yang disebut sebagai pemurnian
2. Untuk mengetahui keberadaan zat dalam suatu sampel (analisa labolatorium

Bahan yang dimurnikan atau dianalisis biasanya merupakan bahan yang dibutuhkan untuk kesejahteraan manusia.Bahan tersebut antara lain :

a.bahan-bahan alam seperti bijih ,mineral , tanaman dan hewan,

b.bahan hasil industri , seperti deterjen dan limbah

c.bahan hasil reaksi skala laboratorim


PERBEDAAN UKURAN PARTIKEL

1.Penyaringan (Filtrasi)

Filtrasi atau penyaringan adalah metoda pemisahan untuk memisahkan zat padat dari cairan dengan menggunakan alat berpori.Teknik penyaringan ini didasarkan pada perbedaan ukuran partikel.Contohnya pada saat kita menyaring santan , ampas kelapa akan tertahan pada saringan sedangkan santannya dapat melewatinya. Dalam hal ini ampas kelapa bisa disebut residu sedangkan airnya disebut fitrat. Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan meneruskan pelarut .Metoda ini dimanfaatkan untuk membersihkan air dari sampah pada pengolahan air menjernihkan preparat kimia dilabolatorium, menghilangkan pirogen (kotoran) pada air suntik injeksi dan obat-obat injeksi dan membersihakan sirop dari kotoran yang da dalam gula.Penyaringan dilaboratorium dapat menggunakan kertas saring dan penyaring buchner.Penyaring buchner adalah penyaringan yang ternbuat dari bahan kaca yang kuat dilengkapi alat penghisap.
Penyaringan dengan corong buchner
Penyaringan Biasa 

2. Sentrifugasi

Sentrifugasi adalah suatu teknik pemisahan yang digunakan untuk menisahkan suspensi yang jumlahnya sedikit.Suspensi ini dimasukan ke dalam tabung reaksi kemudian difusing. Sentrifugasi yang cepat menghasilakan gaya sentrifugal lebih besar sehingga partikel tersusupensi mengendap di dasar tabung reaksi kemudian didekantasi (dipipet)

Set alat Sentrifugasi

Proses Sentrifugasi 
                                                                       PERBEDAAN KELARUTAN
1.Ekstraksi
a.Ekstraksi Sederhana
Dilakukan dengan merendam bahan dalam pelarut dimana zat yang didnginkan dapat melarut kemudian setelah beberapa waktu larutan dipisahkan dari ampasnya.Cara ini damanfaatkan untuk memperoleh zat-zat yang ada dalam tumbuhan.
b.Ekstraksi pelarut
Ekstraksi Pelarut digunakan untuk memisahkan 2 jenis campuran yang berbentuk cairan dan tidak saling melarutkan. Campuran ini dapat dipisahkan dengan corong pisah, misalkan air dengan minyak, jika keran dibuka maka air akan keluar

2.Kristalisasi
Kristalisalisasi merupakan metoda untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan.Dasar metoda ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut.Kristalisasi ada 2 cara, yaitu :
a.Kristalisasi Penguapan
Kristalisasi cara ini dilakukan dengan menguapkan pelarut dalam larutan tersebut.Proses dilakukan dengan cara memanaskan sampai semua pelarut menguap dan diperoleh bahan yang semula terlarut.Metoda ini dimanfaatkan pada industri pembuatan garam.

 
b.Kristalisasi pendinginan
  Pada kristalisasi ini larutan pekat didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal.Hal itu terjadi karena kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan.Melalui kristalisasi ini diperoleh zat padat yang lebih murni karena pengotornya tidak ikut mengkristal.Contohnya pada pemurnian garam dapur dan pemisahan gula dari tebu

                                                         Kristalisasi Natrium etanoat 

                                                         PERBEDAAN TITIK DIDIH
1.Destilasi
Destilasi merupakan metoda pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang berwujud cair yang terkotori oleh zat atau bahan lain  yang mempunyai titik didik yang berbeda.Destilasi di badi 2 yaitu : 

a.Destilasi sederhana
Destilasi sederhana dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair yang mempunyai perbedaan titik didih yang jauh berbeda. Contohnya: pengolahan air tawar dan air laut
Set Alat Destilasi sederhana

b.Destilasi bertingkat (destilasi fraksinasi)
Untuk pemisahan  memisahkan 2 jenis campuran  yang sama-sama mudah menguap. Destilasi bertingkat sebenarnya adalah sutu pbrose destilasi ulanguntuk memisahkan campuran zat cair yang memiliki titik didih tidak jauh berbeda.Digunakan kolom fraksinasi yang terdiri dari beberapa plat tempat terjanya proses pengembunan.Uap naik keplat yang lebih tinggi yang lebih mengandung cairan yang lebih bayak menguap sedangkan cairan yang kurang menguap masih tertinggal dalam kondesat.Contoh pemisahan alkohol dan air.

Set alat desilasi bertingkat 

                                             PRINSIP PERBEDAAN TEKANAN UAP

*)  Sublimasi

Sublimasi merupakan metoda pemisahan campuran dengan menguapkan zat padat tanpa melalui fase cair terlebih dahulu sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal.Bahan-bahan yang menggunakan metoda ini adalah bahan yang mudah menyublim seperti kamfer dan iod.Proses yang dilakukan yaitu bahan dipanaskan untuk mempercepat penyublinan.Uap bahan ditampung dalam sebuah wadah dan didinginkan agar uap mengkristal.Metoda ini dimanfaatkan untuk pemurnian kristal iod dan kamfer.Kamfer atau iod akan menguap sedangkan partikel pegotor akan tersisa, sehingga kamfer akan bersih dari pengotor.

Kristal yang mengandung iod dan kotoran dipanaskan sehingga menyublim.Uap iod yang tidak mengandung kotoran membeku kembali pada bagian tutup yang kemudian didinginkan dengan memberi pecahan es.Kotoran akan tertinggal dibagian bawah.
Gambar Sublimasi Campuran iodin dan pasir








Selasa, 23 November 2010

Penentuan Kadar Fe2O3 Dalam Aluminium Fluoride

2. Penentuan Kadar Fe2O3 Dalam Aluminium Fluoride
Kadar Fe2O3 di tentukan menggunakan alat AAS (Absorption Atomic Spectrophotometer).
a. Peralatan dan bahan untuk analisa
1) Peralatan safety
a) Jas lab
b) Sarung tangan kulit
c) Sarung tangan katun
d) Face shield
2) Peralatan analisa
a) Krusibel platinum 50 ml.
b) Timbangan dengan ketelitian ± 0,1 mg (neraca analitik).
c) Sendok pereaksi
d) Muffle furnace
e) Labu ukur polyethylene 100 ml dan 250 ml.
f) Beaker Teflon 100 ml.
g) Plat heater
h) Pipet volumetrik 3, 5, 10, 15 ml
i) Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)
j) Stop watch.
k) Aspirator


3) Bahan
a) Na2CO3 (natrium karbonat)
b) H3BO3 (boric acid)
c) Larutan HNO3 (1+2).
d) Larutan standar Fe dengan konsentrasi 0,01 mg/ml.
b. Cara kerja
1) Penyiapan larutan sampel
a) Pakai jas lab
b) Set 2 buah Muffle Furnace masing-masing pada suhu 800oC dan 1000oC.
c) Timbang sample A dan B masing-masing sebanyak 0,5 gr sample dalam Krusible Platinum 50 ml dengan ketelitian ± 0,1 mg.
d) Tambahkan 3,3 gr Na2CO3 dan 1,0 gr H3BO3 lalu aduk sehingga merata dengan cara memutar-mutar Krusible Platinum dengan tangan.
e) Pakai sarung tangan kulit dan face shield.
f) Masukkan Krusible Platinum yang berisi sample ke Muffle Furnace pada 800oC dan biarkan selama 2 menit.
g) Pindahkan Krusibel Platinum dari Muffle Furnace 800oC ke Muffle Furnace 1000oC dan biarkan selama 7 menit.
h) Keluarkan Krusibel Platinum yang berisi sample dari Muffle Furnace 1000oC dan biarkan mencapai suhu kamar.
i) Lepaskan sarung tangan kulit dan Muffle Furnace, lalu simpan pada tempatnya.
j) Tambahkan 27 ml HNO3 (1+2) secara perlahan lalu letakkan di atas plat heater pada suhu 120oC dan biarkan sehingga larut.
k) Pindahkan larutan yang ada dalam Krusibel Platinum ke dalam Beaker Teflon 100 ml, bilas dengan air panas hingga larut.
l) Pindahkan larutan yang ada dalam Beaker Teflon ke dalam labu ukur polyethylene 100 ml, tambahkan air destilat hingga tanda.
2) Penyiapan larutan blanko
a) Timbang 8,25 gr Na2CO3 dan 2,50 gr H3BO3 dalam Krusibel Platinum 50 ml.
b) Masukkan Krusibel Platinum yang berisi sample ke Muffle Furnace pada suhu 800oC dan biarkan selama 2 menit.
c) Pindahkan Krusibel Platinum dari Muffle Furnace 800oC ke Muffle Furnace 1000oC dan biarkan selama 7 menit.
d) Keluarkan Krusibel Platinum dan biarkan mencapai suhu kamar.
e) Tambahkan HNO3 (1+2) sebanyak 67,5 ml secara perlahan.
f) Pindahkan larutan ke dalam labu ukur polyethylene 250 ml dan tambahkan air destilat hingga tanda.
3) Penyiapan larutan standar
a) Siapkan 5 buah labu ukur volumetrik 100 ml.
b) Pipet larutan standar Fe 0,01 mg/ml ke dalam 4 labu volumetrik 100 ml masing-masing sebanyak 3, 5, 10,15 ml, sedangkan satu buah labu volumetrik gelas lagi tanpa pemipetan larutan standar atau 0 ml.
c) Tambahkan air destilat hingga tanda dalam masing-masing labu volumetrik 100 ml.
4) Pengukuran
a) Ukur larutan blanko, standard dan sample dengan Atomic Absorption Spectrophotometer.
b) Tampung semua limbah cair sisa analisa ke dalam jirigen limbah cair B3 dan catat jumlahnya pada formulir “Daftar Produksi Limbah B3 di SQA”.
c. Perhitungan
Hitung kadar Fe2O3 dalam aluminium fluoride dengan rumus :


Keterangan :
V = Hasil pembacaan kurva (ml)
Ws = Berat sample (mg)
0,01 = Konsentrasi larutan standar (Fe2O3)


d. Hasil Analisa kadar Fe2O3 dalam Aluminium Fluoride

Tabel 6.1.1. Hasil Kalibrasi Standar Fe2O3 dalam Aluminium Fluoride
No
Standar
Konsentrasi Absorbans
1 Standard 1 0 0.0001
2 Standard 2 3 0.0083
3 Standard 3 5 0.0143
4 Standard 4 10 0.0310
5 Standard 5 15 0.0468

Kurva Kalibrasi Standar





Tabel 6.1.2. Hasil Analisa Fe2O3 Dalam Aluminium Fluoride



3. Penentuan Kadar SiO2 dalam Aluminium Fluoride
a. Peralatan dan bahan untuk analisa
1) Peralatan safety
a) Jas lab
b) Sarung tangan kulit
c) Sarung tangan katun
d) Face shield
1) Peralatan analisa
a) Krusibel platinum 50 ml.
b) Timbangan dengan ketelitian ± 0,1 mg (neraca analitik).
c) Sendok pereaksi
d) Muffle furnace
e) Labu ukur polyethylene 100 ml
f) Beaker Teflon 100 ml.
g) Plat heater
h) Pipet volumetrik 3, 5, 10, 15 ml
i) Stop watch.
j) Aspirator
k) Beaker Teflon 300 ml
l) Spectrophotometer
m) pH meter
n) Pipet ukur 5 ml
o) Beaker gelas 100 ml
p) Labu ukur gelas 100 ml
2) Bahan
a) Na2CO3
b) H3BO3
c) Na2SO3
d) Na2S2O5
e) Larutan HNO3 (1+2)
f) 1-Amino-2-Naphtol-4-Sulfonic Acid
g) Larutan 5 gr Amonium Molibdate dalam 50 ml air.
h) Larutan standar SiO2 0,01 mg/ml
i) Larutan Asam tartaric 10 % (v/v).
3) Larutan pereduksi
a) Timbang 0,70 gr Na2SO3 dalam beaker gelas 100 ml + air hingga menjadi ± 40 ml, lalu tambahkan 0,15 gr 1-Amino-2-Nephtol-4-Sulfonic Acid.
b) Timbang 9,0 gr Na2S2O5 dalam beaker gelas 100 ml, tambahkan air hingga menjadi ± 40 ml.
c) Gabungkan kedua larutan di atas dalam labu ukur gelas 100 ml, lalu tambahkan air destilat hingga tanda.
4) Air pH 1,2
Tambahkan HNO3 / NaOH ke dalam air destilat hingga pH 1,2 dan air pH 1,2 ini digunakan sebagai pengganti air destilat dalam pengenceran sampel
b. Cara kerja
1) Penyiapan larutan sampel
a) Pakai jas lab
b) Set 2 buah Muffle Furnace masing-masing pada suhu 800oC dan 1000oC.
c) Timbang sample A dan B masing-masing sebanyak 0,5 gr sample dalam Krusible Platinum 50 ml dengan ketelitian ± 0,1 mg.
d) Tambahkan 3,3 gr Na2CO3 dan 1,0 gr H3BO3 lalu aduk sehingga merata dengan cara memutar-mutar Krusible Platinum dengan tangan.
e) Pakai sarung tangan kulit dan face shield.
f) Masukkan Krusible Platinum yang berisi sample ke Muffle Furnace pada 800oC dan biarkan selama 2 menit.
g) Pindahkan Krusibel Platinum dari Muffle Furnace 800oC ke Muffle Furnace 1000oC dan biarkan selama 7 menit.
h) Keluarkan Krusibel Platinum yang berisi sample dari Muffle Furnace 1000oC dan biarkan mencapai suhu kamar.
i) Lepaskan sarung tangan kulit dan face shield, lalu simpan pada tempatnya.
j) Tambahkan 27 ml HNO3 (1+2) secara perlahan lalu letakkan di atas plat heater pada suhu 120oC dan biarkan sehingga larut.
k) Pindahkan larutan yang ada dalam Krusibel Platinum ke dalam beaker teflon 100 ml, bilas dengan air panas hingga larut.
l) Pindahkan larutan yang ada dalam beaker teflon ke dalam labu ukur polyethylene 100 ml, tambahkan air destilat hingga tanda.
m) Pindahkan larutan yang ada dalam beaker teflon ke dalam labu ukur polyethylene 100 ml, tambahkan air destilat hingga tanda, aduk dan kembalikan larutan tersebut ke beaker teflon 100 ml.
n) Ambil 10 ml larutan yang ada dalam beaker teflon dengan pipet volume dan masukkan ke beaker polyethylene 100 ml, lalu tambahkan air destilat hingga menjadi ± 50 ml.
o) Ukur pH larutan dengan pH meter dan jadikan pH larutan menjadi 1,2 dengan HNO3 (1+2) atau NaOH 20 %, lalu pindahkan ke dalam labu ukur polyethylene 100 ml.
p) Tambahkan 2 ml larutan ammonium molybdate 10 % ke labu ukur polyethylene dan biarkan selama 5 menit.
q) Tambahkan 2 ml Asam tartaric dan 2 ml zat pereduksi, lalu tambahkan air pH 1,2 hingga tanda kemudian biarkan 15 menit.
2) Penyiapan larutan blanko
a) Timbang 8,25 Na2CO3 dan 2,50 gr H3BO3 dalam krusibel platinum 50 ml.
b) Masukkan Krusibel Platinum yang berisi sampel ke Muffle Furnace pada 800oC selama 2 menit.
c) Pindahkan Krusibel Platinum dari Muffle Furnace 800oC ke Muffle Furnace 1000oC dan biarkan selama 7 menit.
d) Keluarkan Krusibel Platinum dan biarkan mencapai suhu kamar.
e) Tambahkan HNO3 (1+2) sebanyak 67,5 ml secara perlahan-lahan.
f) Pindahkan larutan ke dalam labu ukur polyethylene 250 ml dan tambahkan air destilat hingga tanda, lalu pindahkan ke beaker teflon 300 ml. larutan ini juga akan digunakan pada analisa komponen P2O5 dan Fe2O3.

3) Penyiapan larutan standar
a) Siapkan 5 buah beaker polyethylene 100 ml
b) Pipet larutan standar SiO2 0,01 mg/ml ke dalam 4 buah beaker polyethylene 100 ml masing-masing sebanyak 3, 5, 10, 15 sedangkan 1 buah beaker lagi tanpa pemipetan larutan standar atau 0 ml.
c) Tambahkan 10 ml larutan blanko ke dalam masing-masing beaker polyethylene 100 ml lalu encerkan dengan air destilat hingga menjadi 50 ml.
d) Ukur pH larutan dengan pH meter dan jadikan pH larutan menjadi 1,2 dengan HNO3 (1+2) atau NaOH 20 %, lalu pindahkan ke dalam labu ukur polyethylene 100 ml.
e) Tambahkan 2 ml larutan ammonium molybdate 10 % ke labu ukur polyethylene dan biarkan selama 5 menit.
f) Tambahkan 2 ml Asam tartaric dan 2 ml zat pereduksi, lalu tambahkan air pH 1,2 hingga tanda kemudian biarkan 15 menit.
4) Pengukuran
a) Ukur larutan standard dan sampel di atas dengan Spectrophotometer pada panjang gelombang 655 nm.
b) Tamping semua limbah cair sisa analisa ke dalam jirigen limbah cair B3 dan catat jumlahnya pada formulir daftar produksi limbah B3 di SQA.
c. Perhitungan
Hitung kadar SiO2 dalam Aluminium Fluoride dengan rumus :

%
Keterangan :
V = Hasil pembacaan kurva (ml)
Ws = Berat sampel (mg)
0,01 = konsentrasi standar.



d. Hasil analisa kadar SiO2 dalam Aluminium fluoride
Tabel 6.1.3. Hasil Analisa Hasil Kalibrasi Standar SiO2 dalam Aluminium Fluoride
No
Standar
Konsentrasi Absorbans
1 Standard 1 0 0.0005
2 Standard 2 3 0.0364
3 Standard 3 5 0.0691
4 Standard 4 10 0.1210
5 Standard 5 15 0.1840

Kurva Kalibrasi Standar




Table 6.1.4. Hasil Analisa SiO2 dalam Aluminium Fluoride



4. Penentuan Kadar P2O5 dalam Aluminium Fluoride
a. Peralatan dan bahan
1) Peralatan safety
a) Jas lab
b) Sarung tangan kulit
c) Sarung tangan katun
d) Face shield
2) Peralatan analisa
a) Krusible platinum
b) Timbangan dengan ketelitian ± 0,1 mg (neraca analitik)
c) Sendok pereaksi
d) Muffle Furnace
e) Labu ukur polyethylene 100 ml dan 250 ml.
f) Beaker Teflon 100 ml dan 250 ml.
g) Plat Heater
h) Pipet volumetrik 3, 5, 10, 15 dan 25 ml.
i) Aspirator
j) pH meter
k) Beaker polyethylene 100 ml
l) Beaker gelas 100 ml.
m) Pipet ukur 5 ml.
n) Spectrophotometer

3) Bahan
a) Na2CO3
b) H3BO3
c) Na2SO3
d) Na2S2O5
e) Larutan HNO3 (1+2)
f) 1-amino-2-naphtol-4-sulfonic acid
g) Larutan ammonium molybdate 10 %
Larutkan 5 gr ammonium molybdate dalam 50 ml air.
h) Larutan NaOH 20 %
Larutkan 20 gr NaOH ke dalam 100 ml air.
i) Larutan standar P2O5.
• Larutan standar primer P2O5 0.01 mg/ml.
Larutkan 0,1918 gr KH2PO4 menjadi 1 L dengan air destilat.
• Larutan standar sekunder P2O5 0,005 mg/ml
Pipet 5 ml larutan standar primer P2O5 dan encerkan menjadi 100 ml dengan air destilat.
j) Larutan pH 0,2
Ukur Ph 1 L air destilat dengan pH meter dan tambahkan perlahan HNO3 (1+2) atau NaOH hingga pH menjadi 0,2.
k) Larutan pereduksi
• Timbang 0,70 gr Na2SO3 dalam beaker 100 ml dan tambahkan air hingga menjadi ± 40 ml, lalu tambahkan 0,15 gr 1-amino-2-naphtol-4-sulfonic acid.
• Timbang 9,0 gr Na2S2O5 dalam beaker gelas 100 ml dan tambahkan air hingga menjadi ± 40 ml.
• Gabungkan kedua larutan di atas dalam labu ukur 100 m, lalu tambahkan air destilat hingga tanda.
b. Cara kerja
1) Penyiapan larutan sampel
a) Pakai jas lab
b) Set 2 buah Muffle Furnace masing-masing pada suhu 800oC dan 1000oC.
c) Timbang sampel A dan B masing-masing sebanyak 0,5 gr sampel dalam Krusibel Platinum 50 ml dengan ketelitian ± 0,01 mg.
d) Tambahkan 3,3 gr Na2CO3 dan 1,0 gr H3BO3, lalu aduk hingga merata dengan cara memutar-mutar Krusibel Platinum dengan tangan.
e) Pakai sarung tangan kulit dan face shield
f) Masukkan Krusibel Platinum yang berisi sampel ke Muffle Furnace pada 800oC dan biarkan selama 2 menit.
g) Pindahkan Krusibel Platinum dari Muffle furnace 800oC ke Muffle Furnace 1000oC dan biarkan selama 7 menit.
h) Keluarkan Krusibel Platinum yang berisi sampel dari Muffle Furnace 1000oC dan biarkan mencapai suhu kamar.
i) Lepaskan sarung tangan kulit dan Face Shield, lalu simpan pada tempatnya.
j) Tambahkan 27 ml HNO3 (1+2) secara perlahan, lalu letakkan di atas Plat Heater pada suhu 120oC dan biarkan hingga larut.
k) Pindahkan larutan yang ada dalam Krusibel Platinum ke dalam beaker teflon 100 ml, bilas dengan air panas hingga larut dan biarkan sampai mencapai suhu kamar.
l) Pindahkan larutan yang ada dalam beaker teflon ke dalam labu ukur polyethylene 100 ml, tambahkan air destilat hingga tanda, aduk dan kembalikan larutan tersebut ke beaker teflon 100 ml.
m) Pipet 25 ml larutan sampel dari beaker teflon ke dalam beaker polyethylene 100 ml dan tambahkan 20 ml destilat.
n) Ukur pH larutan dan jadikan pH nya 0,2 dengan penambahan HNO3 (1+2) atau NaOH 20 %, lalu pindahkan larutan tersebut ke labu ukur polyethylene 100 ml.
o) Tambahkan 2 ml larutan Ammonium Molybdate 10 % ke dalam labu polyethylene dan biarkan 20 menit.
p) Tambahkan 2 ml larutan pereduksi dan tepatkan hingga tanda dengan air destilat (pH 0,2), lalu biarkan 15 menit.
2) Penyiapan larutan blanko
a) Timbang 8,25 gr Na2CO3 dan 2,50 gr H3BO3 dalam Krusibel Platinum 50 ml.
b) Masukkan Krusibel Platinum yang berisi sample ke Muffle Furnace pada suhu 800oC dan biarkan selama 2 menit.
c) Pindahkan Krusibel Platinum dari Muffle Furnace 800oC ke Muffle Furnace 1000oC dan biarkan selama 7 menit.
d) Keluarkan Krusibel Platinum dan biarkan mencapai suhu kamar.
e) Tambahkan HNO3 (1+2) sebanyak 67,5 ml secara perlahan.
f) Pindahkan larutan ke dalam labu ukur polyethylene 250 ml dan tambahkan air destilat hingga tanda.
3) Penyiapan larutan standar
a) Siapkan 5 buah beaker polyethylene 100 ml
b) Pipet larutan standar P2O5 0,005 mg/ml ke dalam 4 buah beaker polyethylene 100 ml. Masing-masing sebanyak 3, 5, 10 dan 15 ml, sedangkan 1 buah beaker lagi tanpa pemipetan larutan standar atau 0 ml.
c) Tambahkan 25 ml larutan blanko ke dalam masing-masing beaker polyethylene 100 ml, lalu encerkan dengan air destilat hingga volume menjadi 50 ml.
d) Lakukan langkah kerja 1). n) sampai 1). p).
4) Pengukuran
a) Ukur larutan blanko, standar dan sampel di atas dengan Spektrophotometer pada panjang gelombang 655 nm.
b) Tampung semua limbah cair sisa analisa ke dalam jirigen limbah cair B3 dan catat jumlahnya pada formulir ”Daftar Produksi Limbah B3 di SQA”.

c. Perhitungan
Hitung kadar P2O5 dalam aluminium fluorida dengan rumus :
%
Keterangan :
V = hasil pembacaan kurva (ml)
Ws = berat sampel (mg)
0,05 = konsentrasi standar

d. Hasil analisa kadar P2O5 dalam Aluminium fluoride
Tabel 6.1.5. Hasil Kalibrasi Standar P2O5 dalam Aluminium Fluoride
No
Standar
Konsentrasi Absorbans
1 Standard 1 0 -0.0002
2 Standard 2 3
3 Standard 3 5 0.0046
4 Standard 4 10 0.0118
5 Standard 5 15 0.0187

Kurva Kalibrasi Standar




Table 6.1.6. Hasil Analisa P2O5 dalam Aluminium Fluoride




BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Quality Assurance Section (SQA) merupakan seksi jaminan mutu yang bertanggung jawab untuk menjamin mutu bahan baku, bahan dalam proses dan produk yang dihasilkan oleh PT INALUM. Selain itu juga bertanggung jawab untuk melakukan analisa dan inspeksi secara periodik terhadap lingkungan sekitar pabrik.
2. Kualitas produk aluminium ingot PT INALUM adalah grade G-1 dan S-1B. Produk tersebut di ekspor ke luar negeri dan juga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
3. Aluminium fluoride merupakan salah satu bahan baku utama PT INALUM untuk membuat aluminium ingot, selain Alumina, Coal tar pitch dan kokas.
4. Analisa kadar Fe2O3, SiO2 dan P2O5 dalam aluminium fluoride bertujuan untuk mengetahui kadar dari komponen-komponen tersebut, karena kadar Fe dan Si adalah pengotor utama dalam penentuan grade aluminium ingot yang dihasilkan. Selain itu, analisa juga dilakukan untuk melihat kesesuaian kadar dalam Aluminium Fluoride yang diterima dengan spesifikasi kontrak pembelian dengan Supplier.


6.2. Saran
1. Penulis menyarankan agar PT INALUM memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada mahasiswa untuk turut serta dalam kegiatan kerja selama masa Kuliah Kerja Praktek.
2. Sebaiknya Perusahaan membuka kesempatan yang lebih luas kepada mahasiswa yang berasal dari luar Propinsi Sumatera Utara untuk dapat melakukan Kuliah Kerja Praktek di PT INALUM, karena penulis lihat masih kecil persentase mahasiswa luar Sumatera Utara yang diterima Kuliah Kerja Praktek di PT INALUM.
3. Karena PT INALUM sangat mengutamakan K3, penulis mengharapkan agar meminjamkan peralatan safety yang lebih baik, seperti: penggunaan masker dibandingkan handuk.

Kimia

Kimia (dari bahasa Arab كيمياء "seni transformasi" dan bahasa Yunani χημεία khemeia "alkimia") adalah ilmu yang mempelajari mengenai komposisi dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik. Menurut kimia modern, sifat fisik materi umumnya ditentukan oleh struktur pada tingkat atom yang pada gilirannya ditentukan oleh gaya antaratom.

RUMUAS KIMIA DASAR

RUMUS RUMUS KIMIA